Menjemput Inspirasi ke Bali, Bank Indonesia Boyong 32 Jurnalis Jambi

Forweb Provinsi Jambi menapakkan kaki di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Tuban, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali.

Reporter: Doddi Irawan | Editor: Admin
Menjemput Inspirasi ke Bali, Bank Indonesia Boyong 32 Jurnalis Jambi
Bank Indonesia menggelar kegiatan capacity building diikuti 32 jurnalis ekonomi dan bisnis Jambi, di Bali, 6-8 Oktober 2025 | tim

SUASANA senja di Kuta terasa hangat, ketika rombongan 32 jurnalis dari Forum Wartawan Ekonomi dan Bisnis ( Forweb) Provinsi Jambi menapakkan kaki di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Tuban, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali.

Rombongan ini diboyong oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jambi ke Bali, 6-8 Oktober 2025. Mereka menginap di Hotel Aston Kuta.

Baca Juga: Pasangan Seleb Top Korea Pilih Berbulan Madu di Bali

Di sini kegiatan capacity building kembali dilaksanakan, sebuah agenda tahunan yang selalu ditunggu-tunggu, bukan hanya sekadar jalan-jalan, tapi juga karena isinya kaya makna.

Saat acara pembukaan, Senin malam, di ruang Jasmine Hotel Aston Kuta, Ketua Forweb Jambi, Yusnaini, menyampaikan rasa syukur dan semangat tinggi. Ia berterima kasih kepada Bank Indonesia Jambi yang selalu memberi ruang bagi jurnalis untuk belajar dan berkembang.

Baca Juga: Ini 16 Tim Melaju di BMPD - Forweb Futsal Competition 

Menurut Rani —sapaan akrab Yusnaini— kegiatan ini bukan sekadar pelatihan, tapi ruang tukar gagasan antara jurnalis dan institusi yang sama-sama berperan dalam membangun optimisme ekonomi daerah.

Capacity Building Forweb Jambi 2025
Capacity Building Forweb Jambi 2025

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, Robby Fathir Nashary, dengan gaya santai menegaskan bahwa kegiatan ini adalah bentuk apresiasi BI kepada para jurnalis yang terus mengawal informasi ekonomi daerah.

Baca Juga: Forweb Jambi Gathering ke Museum Bank Indonesia

“Menjelang Indonesia Emas, kita harus optimis. Kita punya bonus demografi. Informasi yang baik adalah bagian penting dari kesiapan itu,” katanya saat membuka acara.

Malam itu, BI Jambi menghadirkan narasumber Edmiraldo Siregar, Chief of Kumparan Bisnis. Dengan gaya bicara yang lugas dan energik, ia membahas topik menarik seputar peran media massa dalam mitigasi disinformasi di era digital dan Artificial Intelligence (AI).

Aldo —begitu Ermiraldo Siregar biasa disapa— mengajak para jurnalis melihat kecerdasan buatan bukan sebagai ancaman, melainkan sahabat baru di dunia jurnalistik.

"AI bukan pesaing jurnalis, tapi alat bantu yang bisa mempercepat kerja redaksi, dari menulis judul, merangkum dokumen, sampai membuat visualisasi data," katanya.

Ia juga menekankan pentingnya media memanfaatkan media sosial, agar pesan jurnalistik tak berhenti di halaman web, tapi sampai ke telinga masyarakat luas.

Para jurnalis Forweb tampak antusias. Banyak yang mencatat, beberapa bertanya. Diskusi malam itu terasa cair, diselingi tawa dan percakapan ringan di sela kopi hangat yang tersaji di meja.

Capacity Building Forweb Jambi 2025
Capacity Building Forweb Jambi 2025 di Samsara Living Museum, Karangasem, Bali | tim

Keesokan harinya, rombongan para jurnalis yang dipandu tim BI Jambi melakaukan kunjungan ke Desa Jungutan, Kabupaten Karangasem, di kaki Gunung Agung

Tiga jam perjalanan dari hotel terbayar lunas, ketika mereka tiba di Samsara Living Museum, sebuah tempat yang lebih mirip ruang kehidupan daripada sekadar destinasi wisata.

Begitu sampai, pengunjung disambut dengan ritual sederhana: membasuh tangan, mengenakan selendang khas Bali, dan menyeruput jamu tradisional. Di sini semua terasa berbeda, budaya tak hanya diceritakan, tapi dihidupkan.

Ida Bagus Wisnawa, inisiator operasional Samsara Living Museum, menyambut dengan senyum ramah.

Ia bercerita, Samsara lahir dari keprihatinan akan budaya Bali yang perlahan tergeser modernisasi. Museum ini bukan sekadar tempat memajang artefak, tapi tempat masyarakat menjadi pelaku budaya itu sendiri.

“Di sini, warga desa bukan lagi objek wisata. Mereka menjadi pemandu, penari, pembuat dupa, hingga pengajar kelas memasak tradisional. Tujuan kami bukan menghadirkan tontonan budaya, tapi warisan yang hidup dan memberi manfaat ekonomi,” jelas pria yang biasa disapa Guswis.

Konsep living museum ini berangkat dari filosofi Samsara, siklus kehidupan manusia Bali, mulai dari lahir, hidup, mati, dan reinkarnasi. Pengunjung diajak memahami tahapan itu lewat ritual-ritual unik, seperti Ngrujak, Nanem Ari-ari, hingga Kepus Wedel. Semuanya mengandung pesan spiritual tentang hubungan manusia, alam, dan Sang Pencipta.

Capacity Building Forweb Jambi 2025
Capacity Building Forweb Jambi 2025

Deputi BI Jambi, Robby Fathir, mengaku terinspirasi. Menurutnya, Samsara Living Museum bisa menjadi model untuk pengembangan wisata budaya di Jambi. Jambi punya potensi luar biasa, dari Candi Muaro Jambi sampai budaya Melayu yang kaya. 

“Kita bisa belajar dari sini bahwa pariwisata bukan sekadar kunjungan, tapi cara menjaga identitas,” ujarnya.

Bagi para jurnalis Forweb Jambi, perjalanan ini bukan hanya tentang belajar teknologi dan AI, tapi juga tentang menemukan makna baru dalam kerja jurnalistik. Bagaimana menulis dengan jiwa, dan menjaga nilai lokal di tengah arus digital.

Sebelum rombongan meninggalkan Desa Jungutan siang itu, sejumlah jurnalis berkesempatan mencicip Arak Bali khas Samsara. Aroma dupa yang melekat di udara dan suara gamelan perlahan menjauh saat rombongan kembali ke Kuta.

Satu hal tertinggal di hati, masa depan tidak hanya dibangun dengan inovasi, tapi juga akar budaya yang kuat.

Dari kunjungan yang diinisiasi BI Jambi ini, semoga saja suatu hari nanti Jambi juga punya living museum sendiri, tempat di mana anak-anak muda belajar sejarah sambil menumbuhkan ekonomi lokal.

Sejatinya, wisata terindah bukan hanya yang dilihat mata, tapi yang menyentuh hati. ***

BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com

Berita Terkait

Berita Lainnya