Penulis: Dr. Noviardi Ferzi | Pengamat Ekonomi dan Kebijakan Publik
KLAIM bahwa kegiatan Gentala Arasi mampu menjadi katalis transformasi digital di Provinsi Jambi dinilai berlebihan. Di lapangan, transformasi digital yang sesungguhnya masih terkendala keterbatasan infrastruktur, minimnya literasi, hingga ketiadaan data terintegrasi UMKM digital.
Baca Juga: Digitalisasi Tanpa Akar, Kritik pada Gubernur Al Haris Justru Menyelamatkan Jambi
Meski Bank Indonesia Jambi menonjolkan angka pertumbuhan merchant QRIS yang melonjak signifikan, sejumlah pihak menilai capaian tersebut belum dapat dikategorikan sebagai transformasi ekonomi digital.
QRIS hanya soal cara bayar. Itu bukan berarti UMKM sudah naik kelas ke ekonomi digital. Banyak pelaku usaha bahkan sekadar menerima pembayaran, tapi pencatatan keuangan, pemasaran, hingga akses marketplace tetap manual.
Realitas di lapangan menunjukkan kesenjangan. Sebagian kecil UMKM telah memanfaatkan marketplace dan aplikasi finansial, sementara mayoritas pelaku usaha masih beroperasi dengan cara tradisional. Laporan pelatihan UMKM di Kota Jambi misalnya, hanya mencatat puluhan hingga ratusan peserta. Jumlah ini tidak sebanding dengan basis UMKM Jambi yang mencapai ratusan ribu.
Lebih jauh, hingga kini belum ada data terintegrasi yang dapat mengukur seberapa jauh UMKM Jambi benar-benar aktif berjualan di marketplace nasional. Data yang tersedia masih terfragmentasi antara catatan perbankan, dinas terkait, dan platform e-commerce. Kondisi ini membuat klaim dampak Gentala Arasi sulit diverifikasi.
Event tahunan seperti Gentala Arasi boleh saja digelar, tapi jangan dibesar-besarkan seolah-olah sudah mengubah wajah ekonomi Jambi. Tanpa strategi jangka panjang, kurikulum literasi digital, dan pendampingan yang konsisten, kegiatan itu hanya akan menjadi panggung promosi.
Sementara itu, program pendampingan digitalisasi UMKM yang diluncurkan pemerintah daerah masih berjalan terbatas dan belum menyentuh seluruh kabupaten/kota. Alhasil, potensi besar UMKM Jambi untuk masuk dalam ekosistem digital nasional masih terhambat.
Dengan kondisi ini, Gentala Arasi dinilai lebih tepat disebut sebagai agenda promosi tahunan, bukan katalis transformasi digital. Pemerintah daerah diingatkan agar tidak terjebak dalam euforia seremonial dan segera fokus pada penyediaan infrastruktur, data akurat, serta pendampingan sistematis yang berkelanjutan. ***
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com