INFOJAMBI.COM — Di sudut Desa Mudung Darat, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, berdiri sebuah rumah mungil berukuran 2x3 meter.
Rumah itu bukan sekadar bangunan, tapi saksi bisu keteguhan hati sepasang suami istri paruh baya yang bertahan dalam keterbatasan.
Baca Juga: Motivasi Warga ala Bupati Romi
Jasmadi (60) dan istrinya Nurhayati (50) sudah bertahun-tahun tinggal di rumah papan tua itu. Dindingnya lapuk, tiangnya keropos, atap sengnya bolong-bolong.
Spanduk bekas menjadi penutup lubang-lubang di dinding. Ketika hujan turun, air masuk tanpa permisi, membasahi lantai dan hati mereka.
Baca Juga: Nenek Ngatiyah, Hidup Sebatangkara, Berjualan Jamu Gendong Keliling Kampung
"Rumah ini sudah sekitar delapan tahun. Mau direnovasi, tapi uangnya tak ada. Jadi ya seadanya saja," kata Jasmadi, Kamis, 2 Oktober 2025.
Setiap hari, Jasmadi bekerja serabutan. Kalau ada yang menyuruh, ia dapat upah Rp50 ribu. Uang itu langsung dibelikan beras. Tak ada tabungan, tak ada rencana besar. Hanya hidup hari ini, dan berharap esok lebih baik.
Baca Juga: Miris… Nenek-Nenek Kais Minyak Goreng Sisa dari Galon
Saat wartawan datang, pasangan ini sedang menyapu halaman. Bukan karena tamu datang, tapi karena menjaga kebersihan satu-satunya hal yang bisa mereka kontrol. Rumah boleh reyot, tapi harga diri tetap utuh.
"Terkadang hujan deras, rumah bocor. Tapi saya dan istri cuma bisa sabar," ujar Jasmadi, menatap langit yang tak selalu ramah.
Nurhayati, ibu tiga anak, tak kuasa menahan tangis saat diminta bicara. Ia tahu, rumah mereka tak layak huni. Tapi ia juga tahu, membangun rumah butuh uang yang tak mereka punya.
"Kepada Bapak Presiden Prabowo Subianto, Jenderal TNI, Kapolri, para menteri dan DPR RI, saya mohon sekali diperhatikan rumah saya. Mohon sekali dibangun rumah saya," ucapnya sambil menangis.
Nurhayati tak minta istana. Ia hanya ingin tempat berteduh yang tak bocor saat hujan, yang tak berlubang di dindingnya, yang bisa disebut rumah dengan penuh rasa aman.
Tahun ini Pemerintah Provinsi Jambi menganggarkan Rp11 miliar untuk bedah rumah tidak layak huni. Sebanyak 550 rumah di 11 kabupaten/kota ditargetkan mendapat bantuan. Kabupaten Muaro Jambi mendapat jatah 61 unit.
Namun, rumah Jasmadi dan Nurhayati belum tersentuh. Belum terdata. Belum dijangkau. Padahal, rumah mereka jelas-jelas tak layak. Bahkan, jangankan bantuan, perhatian pun belum mereka rasakan.
Di balik rumah kecil itu, ada harapan besar. Harapan akan keadilan, perhatian, tangan-tangan yang mau turun menyentuh tanah, melihat langsung dan membantu.
Mereka tak punya kekuatan untuk berteriak. Tapi mereka punya kesabaran yang tak bisa dibeli.
Mereka punya doa yang terus dipanjatkan, agar suatu hari rumahnya tak lagi jadi simbol kesedihan, tapi jadi bukti bahwa negara hadir.
Jasmadi dan Nurhayati berharap suara mereka sampai ke telinga yang peduli. Rumah bukan sekadar bangunan, tapi tempat pulang, tempat bermimpi, dan tempat bertahan hidup. ***
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com