Disabilitas Intelektual, Miliki Bakat jadi Atlet Internasional

| Editor: Wahyu Nugroho
Disabilitas Intelektual, Miliki Bakat jadi Atlet Internasional


PENULIS : RIFKY RHOMADONI
EDITOR : WAHYU NUGROHO

Baca Juga: Balitbangda Provinsi Jambi Gelar Workshop Metodologi Penelitian









INFOJAMBI.COM - Saat ini sudah banyak jenis pertandingan olah raga baik internasioanl maupun nasional, yang tak hanya di berikan untuk orang yang normal, namun juga untuk para kaum yang memiliki keterbatasan, atau disabilitas. 





Disabilitas sendiri dibagi menjadi 5 bagian, yakni  disabilitas perkembangan, disabilitas sensorik, disabilitas intelektual, disabilitas mental, dan disabilitas fisik. Special Olimpics Indonesia atau SOINA. Adalah kelompok relawan yang beranggotakan orang-orang yang peduli terhadap penyandang disabilitas, khususnya disabilitas intelektual.

Baca Juga: Rahima: Workshop Menambah Pengetahuan Perempuan di Bidang Hukum





Disabilitas intelektual adalah, dimana para penderitanya memilki kemampuan keterlambatan berpikir, dan memilki IQ di bawah orang normal pada umumnya, serta anak disabilitas intelektual memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. mereka menunjukkan reaksi terbaiknya jika hal baru tersebut sudah diikutinya secara rutin dan konsisten dalam kesehariannya. selan itu, anak disabilitas intelektual juga tidak mampu menghadapi suatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu yang lama.lambat. Untuk itulah SOINA yang bergerak sebagai pembinaan atlet berkebutuhan khusus di bidang olahraga dan kepemimpinan, mengadakan pelatihan Athlete Leadership Program and Youth Activation Workshop. Workshop ini dilaksanakan di SLB Sri Soedewi Kota Jambi, yang berlangsung selama 3 hari dari tanggal 27-29 September 2019.





Workshop diikuti oleh 65 peserta dimana 20 orang adalah para pelajar disabilitas intelektual, yang akan didik menjadi atlet disabilitas, dan selebihnya adalah para relawan yang menjadi pendamping, serta mentor baik guru maupun orang tua para pelajar disabilitas.

Baca Juga: Kemenaker Dorong Perusahaan Pekerjakan Penyandang Disabilitas





Special Olimpics Indonesia, memilih 10 wilayah sebagai tempat diselenggarakannya pelatihan Athlete Leadership Program and Youth Activation Workshop. Salah satunya adalah Jambi, project coordinator SOINA, Zilva Boaz menyebutkan Jambi dipilih karena para pelajar disabilitasnya memiliki prestasi serta mempunyai talenta yang mempuni.





"Para adik-adik, antusianya luar biasa, serta talenta yang dimiliki cukup memukau, dan memiliki keberanian untuk tampil. tetapi panggung untuk mereka yang masih sangat minim, jadi kita memberikan kesempatan ini untuk mereka," ucap Zilva.





Sementara untuk para pendamping sendiri kebanyakan dari kalangan mahasiswa/i. Salah satunya Mefliza, Mahasiswa Universitas Jambi Fakultas Keguruan dan ilmu pendidikan ini mengatakan, salah satu tujuannya menjadi menjadi relawan adalah untuk ikut membantu dan bermanfaat bagi orang banyak. 





"saya nantinya juga kan akan menjadi guru, jadi saya belajar dari sini, gimana caranya mengajari pelajra dan mencari pengalaman," ucap mahasiswa semester tujuh ini.





Para pengidap Disabilitas Intelektual, tidak mudah untuk mendekati dan langsung diajak berinteraksi, karena sebagian besar pribadi mereka yang masih belum bisa menerima kehadiran orang baru. Salah Satu relawan,  Alma tiara menyebutkan, cara ia untuk mengajak pelajar yang akan didampinginya adalah dengan meminta bantuan kepada orang tua pelajar yang akan didampingi.





"gak mudah juga untuk pendekatan, harus kita sapa ajak ngobrol dan sabar menanggapinya, lama kelamaan mereka juga akan terbiasa," Pungkas Mahasiswa Unja tersebut.





Salah satu pelajar SLB Sri Soedewi, Tri Pio Utomo yang ikut pelatihan dari  SOINA ini, tidak terlihat seperti penderita Disabilitas pada umumnya yang sering kita ketahui. Tri Pio Utomo yang akrab di sapa Pio ini, ketika diajak berbicara mampu memahami seperti orang normal lainnya. Pio menjelaskan, awal dirinya masuk SLB adalah, pada saat ia duduk di bangku sekolah dasar, saat itu ia tidak mau untuk belajar, dan hanya ingin bermain. Pio di pindahkan oleh orang tuanya pada saat duduk di kelas 5 SD, pada saat itu perilkunya pun masih sama, yakni tidak fokus dan tetap masih ingin bermain, dan perilakunya terbawa sampai ia tamat SMP.





"Dulu aku gak mau belajar, maunya cuma main-main aja, tapi sekarang udah enggak lagi. Aku juga senang ada pelatihan ini, aku kan hobi renang juga, jadi aku ikutlah pelatihan," tutur Siswa yang kini duduk dibangku kelas 3 SMA LB ini.





Pio juga mengatakan, jika sewaktu awal dia masuk di SLB, teman-teman disekitar lingkungannya kerap mengejek dan membullynya, namun ia tidak menghiraukan ucapan teman-temannya tersebut. 





"Iya bang, dulu pas pertama masuk SLB kawan aku ngejek-ngejek, ada yang bilang bodoh, jelek. Tapi aku sabar aja, pas aku kemaren ikut lomba terus bisa juara 3 baru orang itu udah gk ngejek lagi, sekarang udah kawan lagi," tutupnya.*** 


BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | INSTALL APLIKASI INFOJAMBI.COM DI PLAYSTORE

Berita Terkait

Berita Lainnya