Wabup Tanjabtim Keluhkan Harga Jual Pasca Panen

| Editor: Doddi Irawan
Wabup Tanjabtim Keluhkan Harga Jual Pasca Panen
Padi sawah Kelompok Tani Mekar Sari || foto : willy bronson



MUARASABAK - Harga jual gabah kering giling (GKG) pasca panen yang selalu rendah tidak hanya dikeluhkan petani. Wakil Bupati Tanjung Jabung Timur, Robby Nahliyansyah juga mengaku prihatin dengan kondisi tersebut.

Hal ini menurutnya berdampak pada sulitnya pemerintah daerah mempertahankan luasan lahan tanam padi sawah. Dia mengaku tertatih-tatih mengajak petani untuk tetap mau bersawah. Menurut Robby itu bukan kesalahan petani.

Setiap panen hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Walau produksi meningkat tapi harga selalu terintervensi, sehingga sulit bagi pemerintah daerah membujuk petani mau tetap bertani padi. Ketika sebagian besar beralih ke sawit, itu sangat bisa dimaklumi.

"Pemerintah yang belum bisa menjamin harga baik pasca panen," kesal Robby di sela-sela panen penangkar padi hasil kerja Kelompok Tani Mekarsari, Paritculum II, Muarasabak Barat, Rabu (1/3).

Upaya Kelompok Tani Mekar Sari menurutnya patut diapresiasi tinggi. Kegiatan itu, meski di bawah pembinaan langsung pemkab, harus diakui sangat mendukung upaya pemerintah pusat dan kabupaten terkait pembenihan.

Karena itu, dorongan pemerintah untuk menghindari alih fungsi lahan salah satunya adalah bantuan benih, alsintan dan saprodi. Harapannya, dengan hasil panen yang mencapai 4,2 ton per hektar, dari total 70 hektar luas tanam kelompok Mekarsari, dihasilkan minimal 70 ton benih Impara3 yang siap disebar bagi kebutuhan lokal Tanjabtim, bahkan daerah sekitarnya.

Tahun ini, selain kelompok tani Mekarsari juga ada penangkaran di Kelurahan Rano Muarasabak Barat, Desa Simpangdatuk, Nipahpanjang dan Geragai.

Saat ini pembenihan baru mampu memproduksi Impara3 yang struktur berasnya pera. Kedepannya Wabup Robby berharap bisa dikembangkan varietas baru yang bersifat sebaliknya, pulen. Pasalnya, beras pulen cukup digemari di kalangan warga Tanjabtim.

Robby menyarankan agar dijalin kerjasama dengan Balai Benih Induk atau Taman Teknologi Pertanian yang saat ini sudah berdiri di kawasan Kota Terpadu Mandiri Kecamatan Geragai. Dengan fokus pada upaya penangkaran, Robby optimis hasil panen yang tadinya berorientasi konsumsi dialihkan pada orientasi produksi benih, bisa lebih berdaya ekonomis.

"Minimal untuk kebutuhan lokal Tanjabtim jika target pangsa pasar regional masih dianggap terlalu tinggi. Yang jelas target kita tahun ini Tanjabtim sudah mandiri benih," tegasnya.

Soal keluhan harga gabah dan beras pasca panen, tahun ini akan ada upaya kongkrit bersama Bulog. Hanya memang, beberapa hal prinsip belum mendapat titik temu. Misalkan soal pembangunan gudang Bulog, secara khusus Pemkab Tanjabtim berharap gudang bulog tidak dibangun di pusat kabupaten, melainkan langsung di sentra-sentra pertanian.

Hal itu dimaksudkan untuk menekan cost produksi yang biasanya banyak terserap di sektor transportasi. Begitu pula soal kebutuhan raskin di sejumlah kecamatan.

Wabup berpendapat cukup memungkinkan bagi Bulog untuk menerima beras produksi masyarakat di suatu kecamatan, lalu disalurkan ke kecamatan lain penerima raskin. Dengan begitu akan ada biaya angkut yang bisa diefisienkan.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tanjabtim, Ahmad Maushul menjelaskan, dari 70 hektar lahan penangkaran yang dikelola kelompok tani Mekarsari, hanya 10 hektar yang bersumber dari APBN. Sisanya 60 hektar adalah program APBD Kabupaten Tanjabtim.

Masa tanam penangkaran normal 3,5 bulan dengan masa tanam awal Oktober sampai November 2016. Adapun yang bersumber dari APBN mencakupi bangunan gudang benih, lantai jemur, dan sejumlah sarana penunjang lainnya.

Implementasi dari program Seribu Desa Mandiri Benih tahun 2015. Keuntungan petani cukup signifikan. Tahun 2016 saja, kelompok tani tersebut berpendapatan Rp 162 juta per musim tanam.

Estimasinya, dari total hasil penangkarannya, kelompok Mekarsari menghasilkan 21.600 kg benih padi yang dibeli oleh PT Pertani (BUMN) seharga Rp 7.500,- per kilogram.

"Ini fakta bahwa budidaya padi cukup menjanjikan sepanjang ditekuni dengan serius. Pemerintah daerah akan support hingga membantu mencari pasar pasca panen," janji Maushul. (infojambi.com/DD)

Laporan : Willy Bronson

Baca Juga: Zola Panen Raya Padi Jajar Legowo

BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | INSTALL APLIKASI INFOJAMBI.COM DI PLAYSTORE

Berita Terkait

Berita Lainnya