INFOJAMBI.COM - Rondiyah (53), warga Kabupaten Muaro Jambi terdiam mendengarkan penjelasan Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat Aisyiyah ( Makes PPA) tentang bahaya kental manis bila dikonsumsi sebagai minuman susu oleh anak. Pasalnya, ia secara rutin memberikan seduhan kental manis sebanyak dua kali sehari, untuk cucunya yang masih berusia 3,5 tahun .
Rondiyah selama ini beranggapan, kental manis adalah susu yang baik untuk sang cucu. “Lihat di TV, iklannya kan untuk susu, diminum anak-anak,” jelas Rondiyah saat ditanya alasannya memberikan kental manis untuk cucu yang sehari-hari berada dalam pengasuhannya.
Baca Juga: Pengurus KONI Muarojambi Periode 2024 - 2028 Dilantik, Bachyuni Ucapkan Selamat
Lebih lanjut, Rondiyah mengaku senang dapat mengikuti edukasi yang diselanggaran Makes PPA tersebut. Sebab, ia jadi lebih paham apa saja yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh cucunya. “Adanya kegiatan ini sangat bagus untuk kita, saya jelas tidak akan memberikan lagi kental manis untuk cucu-cucu saya,” ujarnya tegas.
Rondiyah adalah salah satu dari 24 warga Kab. Muara Jambi yang mengikuti program edukasi pendampingan gizi untuk ibu dan balita yang di gagas oleh Makes PPA. Dalam pelaksanaannya pendampingan yang akan berlangsung selama delapan minggu ini melibatkan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Muaro Jambi sebagai pendamping dan monitoring pelakasnaan program.
Baca Juga: Komoditas Nanas Tangkit Baru Kini Punya Sertifikat Indikasi Geografis
Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah Muaro Jambi, Nurhaidah dalam kesempatan itu mengatakan hadirnya program pendampingan gizi kepada ibu serta balita salah satunya bertujuan agar konsumsi kental manis dapat dikurangi atau dihilangkan sama sekali. Sebab, kental manis mengandung gula yang sangat tinggi dan berbahaya bagi tubuh balita jika dikonsumsi secara rutin.
“Kita terus edukasi kepada masyarakat bahwa kental manis yang diberikan ibu pada balita tidak diperbolehkan,” kata Nurhaidah dalam acara program edukasi dan pendampingan gizi ibu dan balita, Sabtu (3/5). Selain Jambi, program yang sama juga dilaksanakan di Kab Pamijahan, Bogor dan Kota Kupang, NTT.
Baca Juga: BPD dan Kepala Desa di Kabupaten Muarojambi Dikukuhkan sebagai Pemangku Adat
Dari 24 balita yang mengonsumsi kental manis, banyak mengalami permasalahan kesehatan dari yang paling ringan hingga berat. Ada yang mengalami gigi rusak, kekurangan zat besi hingga stunting.
Selain karena ketidaktahuan dan kesalahan persepsi, ada sejumlah faktor lainnya yang turut mempengaruhi pemberian kental manis pada balita. Umumnya, faktor lainnya berkaitan dengan ekonomi, yaitu harganya murah dan terjangkau dan sesuai dengan penghasilan warga yang rendah, serta iklan di media massa maupun media sosial yang membuat masyarakat berasumsi kental manis adalah susu.
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com