Jokowi Ajak Rusia dan Ukraina Berdamai, Keputusan di Tangan Mereka

Presiden Joko Widodo telah melaksanakan tugasnya dengan baik, mengunjungi dua negara yang sedang bertikai, Rusia dan Ukraina

Reporter: Tim JMSI | Editor: Doddi Irawan
Jokowi Ajak Rusia dan Ukraina Berdamai, Keputusan di Tangan Mereka
Teguh Santosa

JAKARTA, INFOJAMBI.COM — Presiden Joko Widodo telah melaksanakan tugasnya dengan baik, mengunjungi dua negara yang sedang bertikai, Rusia dan Ukraina.

Jokowi menyampaikan pesan tegas, agar kedua negara menempuh jalan dialog untuk menyelesaikan permasalahan di antara mereka.

Baca Juga: Rusia Menarik Diri dari Keanggotaan Mahkamah Pidana Internasional

Jokowi tidak bisa disalahkan. Kunjungannya tidak bisa dinilai gagal, hanya karena setelah pertemuan dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, maupun Presiden Rusia, Vladimir Putin, secara terpisah, kedua negara masih bertikai.

Menurut dosen hubungan internasional Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Teguh Santosa, Jokowi dan Indonesia tidak bertanggung jawab atas agresivitas Rusia itu.

Baca Juga: Pekan Olahraga untuk Menyegarkan Wartawan Profesional

“Tanggung jawab Indonesia yang tercermin dari kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia hanya satu, yaitu menyampaikan pesan perdamaian ke seluruh dunia. Tidak hanya ke Ukraina dan Rusia, tapi juga seluruh negara yang mungkin mengambil untung dari pertikaian antara Ukraina dan Rusia,” ujar Teguh.

Mantan Ketua Bidang Luar Negeri PP Pemuda Muhammadiyah itu mengatakan, konflik terakhir antara Ukraina dan Rusia, yang berlangsung sejak akhir Februari, memiliki akar cukup panjang. Masing-masing pihak memiliki alasan dan menganggap dirinya paling benar.

Baca Juga: AS Tuduh Rusia Campuri Pemilu, Pejabat Rusia Sindir AS Tentang Saddam Hussein

Keinginan Ukraina bergabung dengan NATO dan mengundang NATO ke wilayahnya, sering disebut sebagai sebab utama yang membuat Rusia gerah.

Bagi Rusia, itu adalah provokasi nyata. Sehingga, sebelum Ukraina menjadi anggota NATO dan sebelum NATO membangun pangkalan militer di Ukraina, Rusia merasa perlu melancarkan operasi militer khusus untuk meredam keinginan Ukraina.

Namun, di sisi lain, tambah mantan Ketua Bidang Luar Negeri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) itu, Ukraina juga merasa punya alasan kuat meningkatkan kapasitas militer, termasuk mengundang NATO ke wilayahnya. Faktanya di tahun 2014 wilayah Krimea milik Ukraina telah diinvasi  dan diklaim Rusia hingga kini.

“Substansi kunjungan Jokowi menyampaikan pesan perdamaian yang menjadi salah satu cita-cita kemerdekaan Indonesia seperti diamanatkan dalam UUD 1945,” ujar Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) ini.

Dia juga mengatakan, sikap netral Indonesia di Sidang Majelis Umum PBB cukup tegas. Indonesia percaya, itikad baik dan jalan dialog untuk mencapai perdamaian adalah modal penting yang harus dimiliki kedua negara untuk mengakhiri konflik.

Teguh mengatakan, serangan Rusia ke Ukraina tidak dapat dibenarkan, dan sangat berpotensi menciptakan preseden buruk dalam praktik hubungan antarnegara.

“Kita konsisten mengecam aksi militer yang dilakukan satu negara terhadap negara lain,” ujar Teguh yang tengah menyelesaikan pendidikan doktoral hubungan internasional di Universitas Padjadjaran, dan pernah dua kali diundang berbicara di Komisi IV PBB yang membidangi isu politik khusus dan dekolonisasi. ***

BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | INSTALL APLIKASI INFOJAMBI.COM DI PLAYSTORE

Berita Terkait

Berita Lainnya