KBM DARING: Tantangan Pendidikan Era Digital di Jambi

Sebagian institusi pendidikan di Jambi telah menyesuaikan diri dengan era digital melalui pengintegrasian teknologi dalam proses pembelajaran.

Reporter: - | Editor: Admin
KBM DARING: Tantangan Pendidikan Era Digital di Jambi
Bahren Nurdin

Oleh: Bahren Nurdin

DALAM menghadapi perubahan pesat di era digital, pendidikan dan literasi di Jambi memainkan peran penting dalam membentuk masa depan masyarakat. Lantas, bagaimana kita melihat pendidikan dan literasi di Jambi, khususnya penggunaan teknologi dalam pembelajaran, program-program literasi masyarakat, dan tantangan yang dihadapi dalam menghadapi dinamika global di bidang Pendidikan?

Baca Juga: Ketika Bank Menjadi Sarang Perampok

Sebagian institusi pendidikan di Jambi telah menyesuaikan diri dengan era digital melalui pengintegrasian teknologi dalam proses pembelajaran. Beberapa sekolah di Jambi kini dilengkapi dengan fasilitas teknologi, seperti komputer dan akses internet. Penggunaan aplikasi pembelajaran, platform daring, dan multimedia membantu meningkatkan interaktivitas dan memperkaya pengalaman belajar siswa.

Begitu juga halnya dengan program-program literasi masyarakat. Pemerintah dan lembaga non-pemerintah di Jambi telah meluncurkan berbagai program literasi masyarakat untuk meningkatkan tingkat literasi di kalangan anak-anak maupun dewasa. Program ini mencakup pelatihan membaca dan menulis, akses ke perpustakaan komunitas, serta lokakarya literasi untuk meningkatkan pemahaman membaca di kalangan masyarakat.

Baca Juga: Waspada : Pilkada Bertaruh Nyawa

Meskipun ada kemajuan, pendidikan di Jambi masih menghadapi sejumlah tantangan. Akses terhadap teknologi dan internet masih tidak merata di seluruh daerah, menyebabkan kesenjangan dalam pendidikan digital. 

Akses terhadap teknologi dan internet yang tidak merata merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi pendidikan di Jambi. Hal ini menyebabkan kesenjangan dalam pendidikan digital, yaitu perbedaan akses dan pemanfaatan teknologi dan internet dalam pembelajaran antara siswa di daerah perkotaan dan pedesaan.

Baca Juga: Pancasila: Kitab Kebangsaan Untuk Berbangsa

Berapa faktor yang mempengaruhi kesenjangan digital dalam pendidikan di Jambi antara lain lokasi. Daerah pedesaan umumnya lebih sulit untuk mendapatkan akses internet dan teknologi dibandingkan dengan daerah perkotaan. Hal ini disebabkan oleh faktor geografis, seperti jarak dari pusat kota, medan yang sulit, dan ketersediaan infrastruktur.

Termasuk juga tingkat sosial ekonomi Masyarakat. Di daerah pedesaan umumnya lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat di daerah perkotaan. Hal ini menyebabkan mereka memiliki keterbatasan dalam mengakses teknologi dan internet, seperti keterbatasan biaya dan pengetahuan.

Dengan demikian, pemerintah perlu memastikan bahwa akses terhadap teknologi dan internet di seluruh daerah merata, termasuk di daerah pedesaan. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai kebijakan, seperti pembangunan infrastruktur, penyediaan layanan internet murah, dan pelatihan literasi digital.

Selain itu,  perlu juga peningkatan kualitas para guru. Guru perlu terus menerus mengikuti pelatihan dan pengembangan profesional agar dapat mengajar menggunakan metode terbaru. 
Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada guru dalam pengembangan konten edukatif yang menarik dan relevan untuk KBM daring. Mendorong guru untuk menggunakan berbagai media pembelajaran, seperti video pembelajaran, animasi, dan simulasi interaktif untuk meningkatkan keterlibatan siswa.

Tantangan lainnya adalah kebijakan kurikulum. Perubahan cepat dalam teknologi membutuhkan kebijakan yang responsif dan fleksibel untuk memastikan bahwa kurikulum pendidikan selalu relevan dengan tuntutan zaman.

Kebijakan kurikulum yang responsif berarti bahwa kurikulum dapat diperbarui secara cepat dan mudah untuk mengikuti perubahan dalam teknologi. Kebijakan ini dapat mencakup mekanisme untuk melakukan pemantauan dan evaluasi kurikulum secara berkala, serta mekanisme untuk melakukan perubahan sesuai dengan hasil pemantauan dan evaluasi tersebut.

Kebijakan kurikulum yang fleksibel berarti bahwa kurikulum dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa yang berbeda. Kebijakan ini dapat mencakup mekanisme untuk memberikan otonomi kepada sekolah dan guru dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa mereka, khususnya di eral digital saat ini.

Akhirnya, dalam menghadapi tantangan pendidikan di era digital, Jambi telah melakukan langkah-langkah positif dengan mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran dan meluncurkan program-program literasi masyarakat. Namun, masih ada pekerjaan yang perlu dilakukan untuk memastikan bahwa semua warga Jambi memiliki akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas di era digital ini. Diperlukan kerjasama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif, inovatif, dan relevan dengan tuntutan zaman. Semoga.

Penulis adalah Pengamat Sosial dan Kebijakan Publik

BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | INSTALL APLIKASI INFOJAMBI.COM DI PLAYSTORE

Berita Terkait

Berita Lainnya