Oleh: Bahren Nurdin (Wakil Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah NSW, Australia)
Sebagai organisasi Islam terkaya di dunia, Muhammadiyah telah lama dikenal dengan amal usahanya yang luas dan beragam. Dari sekolah hingga rumah sakit, dari panti asuhan hingga perguruan tinggi, Muhammadiyah telah menjadi simbol kemajuan dan kesejahteraan umat.
Baca Juga: Al Haris Hadiri Pelantikan Pengurus Pemuda Muhammadiyah
Sebagai gambaran singkat, Muhammadiyah memiliki paling tidak 172 Perguruan Tinggi (83 Universitas, 53 Sekolah Tinggi, 36 lainnya), 122 (ditambah 20 RS sedang dibangun), 231 klinik, 5345 sekolah dan madrasah, 440 pesantren, 1.012 Panti asuhan, dan lainnya, 20.465 aset wakaf, dan lahan seluas 214.742.677 m2. Kaya!
Namun, di balik kesuksesan dan kekayaan ini, ada sikap moral yang harus terus dipegang teguh oleh warga Muhammadiyah; hidup sederhana dan bijaksana.
Baca Juga: Ketika Bank Menjadi Sarang Perampok
KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, pernah berpesan, "Hidupilah Muhammadiyah, tapi jangan cari hidup di Muhammadiyah." Pesan ini sangat relevan hingga hari ini. Dengan semangat yang sama, saya juga ingin mengatakan: "Perkayalah Muhammadiyah, tapi jangan cari kekayaan dari Muhammadiyah."
Kekayaan Muhammadiyah bukanlah tentang harta benda atau aset material semata. Kekayaan sejati organisasi ini terletak pada nilai-nilai luhur yang ditanamkan, pada semangat pengabdian tanpa pamrih, dan pada tekad untuk terus memberi manfaat bagi umat dan bangsa.
Baca Juga: Mundur dari Dewan Muhammadiyah Mengaku Ingin Fokus ke Statusnya.
Sebagai kader Muhammadiyah, kita harus menjaga diri dari godaan hedonisme dan hidup bermewah-mewahan. Mari kita teladani kesederhanaan para pendahulu kita. Mereka hidup sederhana namun kaya akan amal dan kebajikan. Inilah teladan yang harus kita jaga dan tularkan kepada generasi penerus.
Sejarah Muhammadiyah telah membuktikan bahwa para tokohnya disegani dan dihormati bukan karena kekayaan atau jabatan mereka, melainkan karena kesederhanaan hidup yang mereka jalani serta keluasan pikiran dan gagasan yang mereka sumbangkan untuk kemajuan bangsa. Dari KH Ahmad Dahlan hingga tokoh-tokoh Muhammadiyah kontemporer, kita melihat teladan hidup yang konsisten: sederhana dalam gaya hidup, namun kaya dalam pemikiran dan aksi nyata.
Kesederhanaan bukan berarti keterbelakangan. Sebaliknya, justru dengan hidup sederhana, para tokoh Muhammadiyah mampu mencurahkan seluruh energi dan pikirannya untuk hal-hal yang lebih besar dan penting. Mereka membuktikan bahwa kejernihan pikiran dan keluhuran budi tidak diukur dari kemewahan materi, melainkan dari dampak positif yang diberikan kepada masyarakat dan bangsa.
Sebagai kader Muhammadiyah, kita diajak untuk meneruskan warisan ini. Hidup sederhana bukan berarti miskin ide atau sempit wawasan. Justru dengan kesederhanaan, kita diharapkan dapat mengasah kepekaan sosial, memperluas cakrawala pemikiran, dan menghasilkan gagasan-gagasan cemerlang yang bermanfaat bagi umat dan bangsa. Inilah esensi dari "kekayaan" sejati yang harus kita kejar dan kembangkan di Muhammadiyah.
Muhammadiyah bukan ladang untuk mencari keuntungan pribadi. Sebaliknya, ia adalah ladang subur untuk menanam benih-benih kebaikan. Setiap amal usaha, setiap program, dan setiap kegiatan Muhammadiyah adalah kesempatan bagi kita untuk bercocok tanam amal saleh yang insya Allah akan kita panen kelak di akhirat.
Semangat Surah Al-Ma'un harus terus menjiwai gerak langkah kita. Melalui pendidikan, kita mencerdaskan generasi. Melalui layanan kesehatan, kita meringankan beban sesama. Melalui panti sosial, kita mengulurkan tangan pada yang membutuhkan. Inilah medan tempur kita, medan perjuangan untuk mengangkat martabat umat dan bangsa.
Banggalah menjadi bagian dari Muhammadiyah. Bukan karena kekayaan materialnya, tapi karena kekayaan jiwanya. Kekayaan yang tercermin dari ribuan sekolah yang mencerdaskan anak bangsa, ratusan rumah sakit yang melayani masyarakat, dan tak terhitung lagi amal usaha lain yang memberi manfaat luas.
Mari kita bersama-sama memperkaya Muhammadiyah dengan amal dan perjuangan. Bukan untuk mencari nama atau kedudukan, tapi untuk meninggikan kalimat Allah dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam. Inilah esensi dari "berkemajuan" yang menjadi ciri khas Muhammadiyah.
Sebagai kader Muhammadiyah, marilah kita terus menjaga api semangat ini. Mari kita tunjukkan pada dunia bahwa kekayaan sejati adalah dalam memberi, bukan menerima. Dalam melayani, bukan dilayani.
Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi perjuangan kita dan menjadikan Muhammadiyah sebagai organisasi yang tidak hanya kaya secara materi, tapi juga kaya dalam amal dan kebajikan. Aamiin Ya Rabbal Alamin.
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | INSTALL APLIKASI INFOJAMBI.COM DI PLAYSTORE