Pengamat : Fahri dan Fadli Layak Raih Bintang Mahaputra Nararya

| Editor: Admin
Pengamat : Fahri dan Fadli Layak Raih Bintang Mahaputra Nararya

LAPORAN : BS || PUBLISHER : PM
INFOJAMBI.COM - Pemberian penghargaan Bintang Mahaputra Nararya oleh Presiden Joko Widodo kepada politikus Partai Gelora dan Partai Gerindra Fahri Hamzah dan Fadli Zon dalam rangka peringatan HUT ke-75 RI merupakan langkah tepat dan sangat layak.


Bintang Mahaputera Nararya adalah Bintang Mahaputra kelas V dan merupakan jenis penghargaan sipil yang tertinggi

Baca Juga: Fadli Zon: Pasar Senen Tidak Boleh Alih Fungsi


"Pemberian bintang tanda jasa dalam konteks kebijakan publik juga berdampak pada pembentukan kehidupan demokrasi yang semakin matang," kata  Pengamat kebijakan publik Narasi Institute Achmad Nur "Matnur" Hidayat di Jakarta, Selasa (11/8/2020).


Achmad menilai kedua kepada aktivitas pejuang rerformasi itu selama ini sering melakukan kritik yang membangun, tidak hanya kepada lembaga eksekutif, namun juga kepada penegakan korupsi yang bias dan ketidakprofesionalan setiap aparatur negara, baik eksekutif, yudikatif maupun legislatif. "Sejak reformasi bergulir, keduanya terbukti tidak korup dan keduanya mengkritik tidak ditujukan kepada personal, " ujarnya.

Baca Juga: Fahri Hamzah Tantang KPK Beberkan Kronologi Kasus e-KTP


Ditegaskan Matnur, tidak banyak aktivis reformasi yang masih konsisten hingga hari ini seperti Fahri Hamzah dan Fadli Zon dalam memperjuangkan nilai-nilai kejujuran, demokrasi dan kebebasan, malahan sebaliknya. Saat ini, justru banyak aktivis yang diam membisu asyik menikmati kekuasaan dan melupakan nilai yang mereka perjuangkan.


"Entah sebagai komisaris BUMN, birokrasi pusat maupun pimpinan daerah. Ada juga harus singgah di Hotel Prodeo karena terbukti melakukan tindak pidana kejahatan korupsi, " ujarnya.

Baca Juga: Fahri Hamzah Lebih Percaya Mendagri


Matnur menambahkan keberadaan Fahri Hamzah dan Fadli Zon di parlemen pada Periode 2014-2019 lalu, lanjut Matnur, telah membuat parlemen menjadi hidup, sebagai lembaga representasi perwakilan rakyat yang dinamis. "Kritik fahri dan fadli dalam rangka menyampaikan aspirasi publik yang seringkali dilupakan dalam permainan politik elit tinggi. Saat keduanya mengkritik, biasanya telinga yang dikriitk menjadi merah dan sering salah faham," ujarnya.


Padahal apabila didengar baik-baik, seluruh kritik tersebut tidak ada yang bersifat personal. Cara mengkritik tersebut, adalah cara yang modern untuk manusia Indonesia yang semakin dewasa.


"Nothing to Personal, All about Responsibility. Tidak ada yang kritik personal semuanya persoalan tanggungjawab sebagai pejabat publik," kata Matnur yang juga Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Partai Gelora Indonesia ini.|||

BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | INSTALL APLIKASI INFOJAMBI.COM DI PLAYSTORE

Berita Terkait

Berita Lainnya