INFOJAMBI.COM -Perkembangan teknologi informasi membawa dua sisi mata uang. Di satu sisi, publik kini bisa mengakses informasi secara cepat dan masif. Namun di sisi lain, kemudahan ini juga membuka peluang bagi tersebarnya disinformasi, ujaran kebencian, dan kampanye negatif yang bisa memecah belah masyarakat.
Fenomena ini kerap terjadi menjelang pemilu, ketika masyarakat dibombardir dengan berbagai narasi yang tidak selalu berdasar fakta.
Baca Juga: Jadikan Tahun Politik 2018 sebagai Pesta Rakyat Menggembirakan
Sebagai negara demokrasi dengan jumlah pemilih muda yang terus meningkat, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga ruang digital tetap sehat dan kondusif. Dikutip dari laman Inca berita salah satu langkah penting untuk mengantisipasi penyebaran hoaks adalah dengan memperkuat literasi media dan mendorong masyarakat untuk hanya mengonsumsi berita dari sumber yang kredibel.
Media online kini tak hanya berfungsi sebagai penyampai informasi, melainkan juga sebagai penjaga nalar publik. Dengan menyajikan berita berdasarkan fakta, riset, dan data yang diverifikasi, media seperti inca berita membantu masyarakat memilah antara fakta dan opini, antara informasi valid dan kabar menyesatkan.
Baca Juga: Zulhas - Ical Sepakat Tahun Politik Berjalan Damai
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) mencatat bahwa sepanjang awal 2024, jumlah laporan masyarakat terkait berita palsu meningkat tajam.
Kebanyakan berasal dari konten media sosial yang diubah konteksnya untuk menyerang kelompok tertentu. Dalam situasi seperti ini, media daring memiliki posisi strategis untuk melakukan klarifikasi dan memberikan narasi tandingan yang sesuai realitas.
Tak hanya soal klarifikasi, media juga bertugas mengedukasi masyarakat tentang bagaimana cara membaca berita secara kritis. Edukasi ini meliputi pemahaman tentang bagaimana berita diproduksi, siapa sumbernya, serta bagaimana mengecek fakta. Media seperti inca berita juga mulai menyertakan penjelasan atau "fact-check box" pada beberapa artikelnya, terutama yang memuat informasi sensitif atau bersinggungan dengan kepentingan publik.
Baca Juga: Tahun Politik, Ujian Kadar Relasi Alumni HMI
Peran ini semakin penting ketika masyarakat mulai terpolarisasi secara politik. Di ruang digital, perdebatan antara pendukung calon tertentu bisa dengan mudah berubah menjadi serangan personal, fitnah, atau adu domba. Di sinilah keberadaan media yang netral, tidak berpihak, dan fokus pada penyajian data menjadi benteng pertahanan terakhir dari degradasi kualitas demokrasi.
Lebih lanjut, sejumlah pakar komunikasi menekankan pentingnya jurnalisme damai (peace journalism) di masa-masa politik. Jurnalisme damai berupaya menyuguhkan berita yang membangun dialog, bukan konflik; yang menenangkan, bukan memprovokasi. Media seperti inca berita secara bertahap mulai mengadopsi pendekatan ini dengan memberikan ruang yang seimbang bagi berbagai sudut pandang, tanpa memihak salah satu kepentingan politik.
Keterbukaan data pemerintah juga menjadi bahan penting bagi media dalam mengolah berita.
Saat pemerintah membuka akses informasi publik melalui kanal digital, media bisa menyajikan analisis yang lebih lengkap dan transparan. Hal ini mendukung peran media sebagai pengontrol (watchdog) sekaligus penyambung lidah masyarakat kepada pemegang kebijakan.
Tidak hanya itu, media online kini juga harus berpikir cepat dan adaptif. Dalam hitungan detik, berita bisa viral dan membentuk opini publik. Oleh karena itu, kecepatan penyajian informasi harus diimbangi dengan ketepatan dan integritas. Kesalahan kecil dalam penulisan atau penyajian data bisa berdampak besar, terutama saat isu yang diliput berkaitan dengan politik atau konflik sosial.
Sementara itu, upaya pencegahan disinformasi juga perlu didukung oleh kolaborasi antarsektor. Media, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan platform digital harus bersinergi untuk memutus mata rantai penyebaran berita palsu. Inisiatif seperti kampanye #CekFakta, pelatihan literasi digital, serta verifikasi akun media massa di media sosial patut terus digalakkan.
Salah satu kunci keberhasilan media dalam menjalankan fungsi sosialnya adalah kepercayaan publik. Ketika masyarakat percaya bahwa media adalah ruang netral yang menyuarakan kebenaran, maka fungsi kontrol dan edukasi bisa berjalan lebih efektif. Inilah yang sedang dibangun oleh banyak media online independen, termasuk inca berita, melalui pelaporan yang transparan dan profesional.
Media online juga memiliki kekuatan unik untuk menjangkau kelompok-kelompok rentan dan wilayah terpencil. Dengan penetrasi internet yang semakin luas hingga pelosok negeri, informasi berkualitas kini bisa diakses oleh siapa saja. Ini membuka peluang bagi pemerataan pengetahuan politik dan peningkatan partisipasi demokrasi yang lebih merata di seluruh daerah.
Ke depan, tantangan media dalam menghadapi tahun politik bukan hanya soal menangkal hoaks, tapi juga bagaimana membuat masyarakat peduli, terlibat, dan melek isu. Berita-berita yang disajikan harus mampu mendorong pembaca untuk berpikir kritis, bertanya, dan akhirnya tergerak untuk ikut mengawasi jalannya proses politik di tanah air.
Kesimpulannya, tahun politik bukan hanya milik politisi dan partai. Ini adalah momen di mana seluruh elemen bangsa, termasuk media dan masyarakat, punya peran penting dalam menentukan arah masa depan. Media online seperti inca berita hadir sebagai pengawal informasi dan penyeimbang narasi, agar ruang digital tetap sehat dan demokrasi Indonesia tetap berjalan di jalur yang benar.
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com