Oleh : Dr. Noviardi Ferzi | Pengamat Ekonomi
DALAM konteks Provinsi Jambi, geliat ekonomi pada liburan akhir tahun masih menunjukkan tren menaik secara kasatmata, namun menurun secara kualitas dan dampak jangka panjang. Aktivitas ekonomi memang meningkat, pusat keramaian bertambah padat, dan transaksi di sektor jasa serta perdagangan naik. Namun, penguatan ekonomi yang tercipta masih bersifat sementara, dangkal, dan belum mampu menggeser struktur ekonomi daerah.
Baca Juga: Digitalisasi Tanpa Akar, Kritik pada Gubernur Al Haris Justru Menyelamatkan Jambi
Secara aktivitas, liburan akhir tahun mendorong pergerakan ekonomi di sektor transportasi, kuliner, perhotelan, dan destinasi wisata lokal. Kota Jambi, Kerinci, Sungai Penuh, hingga kawasan wisata alam dan rekreasi keluarga mengalami lonjakan kunjungan. UMKM, pedagang musiman, dan sektor informal memperoleh tambahan pendapatan. Dalam pengertian ini, ekonomi Jambi naik secara siklikal, mengikuti pola nasional yang berbasis konsumsi musiman.
Namun, jika ditarik ke dalam kerangka struktur ekonomi daerah, tren tersebut sesungguhnya melemah. Data pertumbuhan ekonomi Jambi menunjukkan bahwa pada 2024 ekonomi hanya tumbuh sekitar 4,51 persen, melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Pada level triwulanan, pertumbuhan bahkan berada di kisaran 4,01 persen, menandakan bahwa lonjakan aktivitas musiman belum mampu mengakselerasi pertumbuhan secara signifikan. Ini menunjukkan bahwa liburan akhir tahun lebih banyak menggerakkan transaksi, bukan meningkatkan kapasitas produksi.
Baca Juga: Gentala Arasi Hanya Seremonial, Transformasi Digital Jambi Masih Jauh Panggang dari Api
Kenaikan konsumsi pada periode ini juga tidak bersumber dari peningkatan pendapatan produktif, melainkan dari belanja musiman, tabungan rumah tangga, serta pendapatan tidak berulang seperti bonus akhir tahun. Artinya, yang bergerak adalah uang, bukan daya cipta ekonomi. Setelah liburan berakhir, denyut ekonomi kembali melambat tanpa efek lanjutan yang berarti terhadap penciptaan lapangan kerja atau investasi baru.
Masalah mendasar terletak pada posisi Jambi yang masih berfungsi sebagai wilayah konsumsi dan hinterland, bukan pusat penciptaan nilai tambah. Sebagian besar belanja masyarakat—mulai dari transportasi, logistik, hingga barang konsumsi—mengalir keluar daerah. Produk lokal belum menjadi tuan rumah di pasar sendiri. Akibatnya, meskipun transaksi meningkat, nilai tambah yang tertinggal di Jambi relatif kecil dibandingkan nilai ekonomi yang beredar.
Baca Juga: Tambang Batu Bara: Segelintir Menikmati, Ratusan Ribu Warga Jambi Menanggung Derita
Dari sisi daya beli, tren yang muncul juga tidak sepenuhnya sehat. Selama liburan akhir tahun, kenaikan harga pangan, transportasi, dan jasa menyebabkan konsumsi meningkat secara nominal, tetapi stagnan bahkan tertekan secara riil. Masyarakat membelanjakan lebih banyak uang untuk volume dan kualitas konsumsi yang relatif sama. Ini menegaskan bahwa geliat ekonomi liburan di Jambi semakin mahal biayanya, tetapi tidak semakin kuat fondasinya.
Indikator lain dari penurunan kualitas terlihat dari tidak adanya pergeseran struktur sektor unggulan. Liburan akhir tahun belum mendorong lahirnya usaha baru yang berkelanjutan, belum memperluas basis industri pengolahan, dan belum memperkuat rantai pasok lokal. Pariwisata bergerak, tetapi belum terintegrasi secara sistemik dengan pertanian, perikanan, dan industri kreatif lokal sebagai sumber nilai tambah.
Dengan demikian, dalam konteks Jambi, geliat ekonomi liburan akhir tahun masih naik di permukaan, tetapi menurun secara struktural. Ia menciptakan kesan ramai tanpa memperbaiki posisi ekonomi daerah. Tanpa perubahan arah kebijakan—khususnya penguatan hilirisasi, UMKM berbasis lokal, serta infrastruktur pencipta nilai tambah—liburan akhir tahun akan terus menjadi euforia tahunan yang berulang, namun tidak pernah benar-benar menaikkan kelas ekonomi Jambi.
Kesimpulannya, ekonomi Jambi pada liburan akhir tahun bergerak, tetapi tidak bergeser. Naik dalam aktivitas, turun dalam kualitas. Dan selama pola ini tidak diubah, setiap akhir tahun hanya akan mengulang cerita yang sama: ramai sesaat, lalu sunyi kembali setelahnya. ***
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com