Melipat Sarung

Subuh ini, seperti juga subuh-subuh tahun sebelumnya, aku bersiap sholat subuh di rumah, bersama isteri. Seperti biasanya pula, sebelum sholat subuh, aku siap-siap memakai sarung.

| Editor: Doddi Irawan
Melipat Sarung


Begitulah, busana sholat subuh yang aku pakai setiap hari aku upayakan serapi mungkin. Lho kok begitu? Bukankah tak ada orang lain yang melihat? Lalu buat apa berapi-rapi kalau tidak ada orang yang melihat, tidak ada interaksi sosial dengan masyarakat?

Bagiku, ini bukan persoalan ada orang lihat atau tidak lihat. Ini persoalan pengagungan simbolik kepada Allah. Rasa hormat kepada Tuhan. Ini salah satu wujud ketaatan dan kepatuhan simbolik aku kepada Alah. Kepada Tuhan.
Berbeda dengan waktu sholat lainnya, saat sholat subuh kita belum disibukan dengan pelbagai kegiatan lain. Jadi, kita dapat mempersiapkan diri sholat subuh sejak awal dengan bebas, tanpa ada, atau belum ada , gangguan kegiatan lain.

Manakala kita melakukan sholat subuh, maka itulah kegiatan awal kita. Disinilah sebagai wujud pengagungan , penghormatan dan pengakuan kita kepada Tuhan, aku memberikan kepada Allah sesuatu yang terbaik. Sesuatu yang optimal dari diri hamba ini.

Berbeda dengan waktu sholat lain, yang mungkin kita sudah berinteraksi dengan orang, lingkungan dan aktivitas kita lainnya, sehingga kita boleh jadi sudah dalam kondisi yang tidak prima, busana pun sudah kurang rapi atau telah berubah karena banyak aktivitas, di waktu subuh semuanya masih mulai dari awal. Mulai dari kosong. Kita masih dapat menata diri memberikan yang terbaik kepada Sang Pencipta, di waktu kegiatan pertama kita pada setiap harinya.

Kerapian penampilan di saat sholat subuh, adalah bagian dari eskpresi ketaaatan dan kepatuhan aku kepada Tuhan. Bagian dari kekaguman aku kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bagian dari proses pengagungan dan pemujaanku kepada Allah. Bagaian dari tanda penghormatan simbolik seorang hamba kepada Sang Pencipa Alam Semesta.

Jangan keliru, Allah tidak membutuhkan penampilan busana rapi dan terbaik dari kita. Siapa saja yang sholat subuh dengan khusuk, kemungkinan dapat diterima Allah. Mau busana seperti apa, sepanjang memenuhi syarat-syarat syariah, bagi Allah tak soal. Tuhan Maha Pemurah Pengasig lagi Penyayang. Alah Maha Berkuasa. Alllah tidak membutuhkan apa-apa dari kita.

Sebaliknya, justeru kitalah yang membutuhkan Alllah. Jiwa dan hati kitalah yang memerlukan pengabdian kepada Allah. Dalam kontek inilah, aku menempatkan Allah dalam posisi Yang Maha Agung. Yang Maha Tinggi. Oleh karena itulah, aku merasa perlu menghormati Tuhan secara optimal, setidaknya pada sholat subuh.

Pemasangan sarung yang tertata dengan rapi, motif sarung yang dibuat serasi dan sudut-sudutnya yang tanpa cela, merupakan sebuah bukti dari diriku, aku ingin memberikan yang terbaik manakala di subuh hari saat diriku menghadap kepada Tuhan Yang Maha Tinggi.

Bersambung ke halaman berikutnya

BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | INSTALL APLIKASI INFOJAMBI.COM DI PLAYSTORE

Berita Terkait

Berita Lainnya