Dilema muncul ketika tindakan represif dianggap satu-satunya cara mengendalikan situasi, meski bisa melukai demonstran yang tidak bersalah.
Sebaliknya, jika aparat terlalu pasif, anarkisme bisa meluas dan merugikan banyak pihak.
Baca Juga: Pelantikan Presiden Baru AS Diwarnai Demonstrasi
Idealnya, hubungan antara aparat dan rakyat harus didasari kepercayaan. Ketika rakyat merasa aspirasi mereka didengar dan dilindungi, tidak perlu melakukan tindakan anarkis.
Sebaliknya, ketika aparat menjalankan tugasnya secara profesional, adil, dan humanis, mereka dapat membangun kembali kepercayaan publik.
Baca Juga: Ketua JMSI Jambi Harap PWI Batanghari Kompak dan Bersinergi
Untuk mengatasi anarkisme, pendekatan tidak bisa hanya bersifat keamanan.
Pemerintah dan aparat perlu membuka ruang dialog yang efektif, mendengarkan tuntutan rakyat, dan menunjukkan keseriusan dalam menyelesaikan masalah.
Baca Juga: Hendrar Prihadi: Semarang Maju Berkat Bantuan Media Massa
Dengan begitu, aksi anarkis bisa dicegah sebelum terjadi, dan peran aparat kembali ke fitrahnya sebagai pelindung dan pengayom masyarakat, bukan musuh rakyat.
Aksi anarkis dalam sebuah demonstrasi adalah fenomena yang kompleks, dan sering kali memicu perdebatan.
Tidak ada yang bisa sepenuhnya disalahkan atau dibenarkan. Tindakan ini membawa keuntungan, sekaligus kerugian bagi pergerakan itu sendiri.
Meski kontroversial, anarkisme sering dianggap sebagai pilihan terakhir untuk mencapai tujuan. Beberapa keuntungan dari aksi anarkis adalah menarik perhatian publik dan media.
Aksi yang keras atau merusak selalu jadi berita utama. Hal ini bisa membuat isu yang sebelumnya diabaikan menjadi perhatian nasional.
Bagi sebagian kelompok, ini jadi cara satu-satunya untuk membuat suaranya didengar.
Aksi anarkis bisa memberi tekanan besar pada pemerintah. Karena tidak direspons, ini jadi peringatan keras bagi penguasa.
Kerugian ekonomi dan sosial yang timbul memaksa penguasa duduk di meja perundingan dan menanggapi tuntutan demonstran dengan lebih serius.
Aksi anarkis juga bisa jadi simbol perlawanan rakyat. Bagi sebagian orang, anarkisme adalah bentuk frustrasi yang mencapai puncaknya.
Tindakan ini menunjukkan perlawanan rakyat yang merasa tidak punya jalan lain untuk melawan ketidakadilan. Ini menunjukkan habisnya kesabaran mereka.
Namun, dampak negatif dari anarkisme jauh lebih besar dan merugikan banyak pihak.
Anarkis bisa mengaburkan isu utama. Perhatian media dan masyarakat bisa bergeser dari tuntutan rasional ke tindakan kekerasan.
Berharap melihat masalah ketidakadilan, publik malah sibuk mendiskusikan siapa merusak, siapa memprovokasi, dan siapa yang harus dituntut.
Kerugian lainnya, merusak citra gerakan. Masyarakat yang semula simpati, bisa berbalik anti.
Demonstran yang damai ikut dicap perusuh. Ini bisa melemahkan legitimasi moral perjuangan.
Aksi anarkis pasti menimbulkan kerugian finansial dan sosial. Kerusakan fasilitas umum, harta pribadi, dan gangguan aktivitas ekonomi menimbulkan kerugian besar.
Selain itu, aksi ini bisa merusak kohesi sosial dan menyebabkan ketakutan di masyarakat, membuat mereka takut mendukung demonstrasi di masa depan.
Aksi anarkis juga bisa memicu tindakan keras aparat. Anarkisme memberi alasan kuat bagi keamanan untuk bertindak represif. Kekerasan akan dibalas kekerasan.
Akhirnya, banyak demonstran tidak bersalah jadi korban. Ini bisa digunakan pihak berwenang untuk memolitisasi isu dan menindak gerakan secara brutal.
Meskipun aksi anarkis bisa menarik perhatian, kerugian yang ditimbulkan jauh lebih besar.
Tindakan ini tidak hanya merusak fasilitas, tapi juga merusak tujuan dari perjuangan. ***
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com