Saat Tuntutan Jadi Rusuh

DEMO anarkis sering kali jadi perdebatan. Banyak yang bilang aksi seperti ini merugikan dan mencederai perjuangan.

Reporter: - | Editor: Admin
Saat Tuntutan Jadi Rusuh
Doddi Irawan

Kehadiran kelompok di luar agenda utama demonstrasi sering kali menimbulkan kerugian bagi gerakan itu sendiri. Tuntutan rakyat yang seharusnya menjadi fokus utama malah terpinggirkan.

Citra demonstrasi yang seharusnya damai dan tertib jadi buruk. Ini bisa menjadi alat bagi pihak yang berkuasa untuk melemahkan pergerakan rakyat.

Baca Juga: Pelantikan Presiden Baru AS Diwarnai Demonstrasi

Untuk itu, penting bagi setiap gerakan demonstrasi memiliki koordinasi kuat dan pengamanan internal yang jelas.

Ini untuk memastikan aksi tetap berada di jalur yang benar, dan tidak disusupi pihak-pihak yang berpotensi merusak tujuan mulia dari perjuangan.

Baca Juga: Ketua JMSI Jambi Harap PWI Batanghari Kompak dan Bersinergi

Ketika demonstrasi berubah menjadi anarkis, peran aparat keamanan menjadi sangat kompleks. Mereka berada di persimpangan, antara menegakkan hukum dan melindungi hak rakyat.

Tugas utama mereka menjaga ketertiban umum dan memastikan keselamatan semua pihak, demonstran maupun masyarakat.

Baca Juga: Hendrar Prihadi: Semarang Maju Berkat Bantuan Media Massa

Namun, cara mereka menjalankan tugas ini sering kali menjadi sumber konflik.

Aparat memiliki tanggung jawab ganda dalam situasi ini. Pertama, menjamin keamanan dan ketertiban. Ini tugas paling dasar.

Aparat harus mencegah perusakan fasilitas umum dan pribadi, serta melindungi orang-orang dari ancaman fisik.

Kedua, melindungi hak menyampaikan pendapat. Undang-Undang menjamin kebebasan warga negara berpendapat di muka umum.

Aparat seharusnya memfasilitasi aksi damai, bukan menghalangi. Mereka bertanggung jawab memastikan demonstrasi berjalan lancar, tanpa ada intervensi dari pihak lain.

Ketiga, penegakan hukum yang proporsional. Ketika anarkisme terjadi, aparat berwenang mengambil tindakan tegas, namun harus proporsional dan sesuai prosedur.

Penggunaan kekuatan, seperti gas air mata, atau alat pengendali massa lainnya, harus menjadi pilihan terakhir setelah pendekatan persuasif gagal.

Di lapangan, aparat sering dihadapkan situasi sulit. Mereka harus membedakan antara demonstran murni dan oknum yang sengaja membuat kerusuhan.

Kehadiran provokator, atau penyusup, dapat memperkeruh suasana dan memicu tindakan represif dari aparat.

Bersambung ke halaman berikutnya

BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com

Berita Terkait

Berita Lainnya