Jambi Tumbuh, Tapi Belum Mantap

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan II 2025 tumbuh 4,99 persen, naik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Reporter: - | Editor: Admin
Jambi Tumbuh, Tapi Belum Mantap
Dr. Noviardi Ferzi

Oleh: Dr. Noviardi Ferzi | Pengamat Ekonomi, Sosial dan Politik

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan II 2025 tumbuh sebesar 4,99 persen (y-on-y), naik dari angka 4,78 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Angka ini menempatkan Jambi sedikit lebih baik dibanding sejumlah provinsi tetangga seperti Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan. 

Baca Juga: Rakyat Jambi Bisa Sejahtera Jika Kepala Daerah Punya Inovda

Namun di balik capaian tersebut, ada ironi yang perlu dicermati: pertumbuhan tinggi belum tentu berarti kemantapan ekonomi sesungguhnya. Kenapa ? Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi bisa saja dipengaruhi oleh faktor musiman atau temporer, misalnya masa libur sekolah dan hari besar yang meningkatkan konsumsi dan beberapa sektor tertentu secara sementara.

Selain itu, pertumbuhan lebih banyak terjadi pada sektor-sektor tertentu tanpa mencerminkan pemerataan yang merata atau peningkatan kesejahteraan yang luas di masyarakat, seperti syb sektor batubara dan angkutan.

Baca Juga: Pentingnya Youth Participation dalam Pembangunan Daerah

Di samping itu, pertumbuhan ekonomi yang mantap juga harus diimbangi dengan stabilitas ekonomi, daya tahan terhadap guncangan eksternal, dan keberlanjutan sektor utama. Jika ekonomi hanya bergantung pada sektor-sektor yang pertumbuhannya cepat tetapi rentan, maka ekonomi belum stabil dan mantap.

Faktor lain yang perlu dicermati adalah indikator ekonomi lain seperti inflasi, pengangguran, dan kemiskinan yang tidak selalu berjalan beriringan dengan laju pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, meskipun ekonomi Jambi menunjukkan angka pertumbuhan yang cukup baik, kemantapan ekonomi memerlukan penilaian yang lebih dalam berdasarkan kualitas dan keberlanjutan kondisi ekonomi secara keseluruhan 

Baca Juga: Mursyid Sonsang : Bangsa ini Sudah Kehilangan Contoh Teladan

Secara nominal, ekonomi Jambi memang bergerak positif. Bila ditilik lebih dalam, struktur ekonomi Jambi masih bertumpu pada sektor primer — terutama perkebunan, pertanian, dan pertambangan — yang rentan terhadap fluktuasi harga global. Ketika harga sawit, karet, atau batu bara turun, denyut ekonomi Jambi ikut melemah. Artinya, pertumbuhan ini belum berbasis pada diversifikasi yang kokoh.

Sementara itu, provinsi seperti Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan memiliki kekuatan yang berbeda. Sumbar menonjol lewat sektor pariwisata, kuliner, dan jasa pendidikan, sementara Sulsel memiliki Makassar sebagai magnet investasi kawasan timur Indonesia. Keduanya memiliki pusat pertumbuhan kota yang dinamis dan mampu menarik modal serta talenta dari luar daerah. Jambi belum memiliki kekuatan serupa. Kota Jambi memang tumbuh, tetapi belum mampu memainkan peran sebagai simpul ekonomi regional yang sesungguhnya.

Di sisi lain, potensi sumber daya alam (SDA) Jambi sebenarnya sangat besar. Dari minyak dan gas, batu bara, hingga lahan perkebunan luas yang menopang ekspor, Jambi seharusnya bisa lebih makmur. Namun, kontribusi SDA terhadap pendapatan asli daerah (PAD) masih belum optimal. Banyak nilai tambah yang justru lari keluar daerah karena keterbatasan industri hilir dan lemahnya pengelolaan fiskal. Dengan PAD yang relatif kecil, kemampuan pemerintah daerah untuk memperkuat layanan publik, mendorong UMKM, dan menata infrastruktur pedesaan menjadi terbatas.

Ketimpangan juga menjadi masalah laten. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi cenderung terpusat di kota dan sekitar kawasan industri, sementara kabupaten-kabupaten di pedalaman belum merasakan manfaat signifikan. Akibatnya, meski angka pertumbuhan ekonomi Jambi tampak lebih tinggi di atas kertas, pemerataan kesejahteraan masih tertinggal dibanding provinsi lain yang ekonominya lebih berimbang. Dalam hal ini, capaian Jambi belum mampu menandingi kualitas pertumbuhan yang dimiliki Sumbar dan Sulsel, yang lebih inklusif dan berbasis diversifikasi.

Dengan struktur ekonomi yang masih berat sebelah dan kapasitas fiskal yang terbatas, Jambi sesungguhnya belum sepenuhnya “menang”. Pertumbuhan yang ada ibarat api kecil yang menyala terang di permukaan, namun belum cukup kuat untuk memanaskan dapur ekonomi rumah tangga di seluruh pelosok daerah. Kuncinya bukan lagi sekadar mengejar angka pertumbuhan, melainkan membangun daya tahan dan pemerataan ekonomi.

Ke depan, Jambi perlu menempuh strategi yang lebih berani: memperkuat hilirisasi komoditas, mengembangkan sektor industri dan jasa modern, serta memperluas basis pendapatan daerah agar tidak lagi bergantung pada dana transfer pusat. Selain itu, pemerataan infrastruktur dan peningkatan kualitas sumber daya manusia harus menjadi prioritas utama. Tanpa langkah-langkah tersebut, pertumbuhan ekonomi Jambi akan terus menjadi angka tanpa makna, tinggi di grafik, tetapi rendah dalam kesejahteraan nyata.

Pertumbuhan ekonomi memang penting, tetapi yang lebih penting adalah memastikan bahwa pertumbuhan itu berpihak — bukan hanya kepada angka, melainkan kepada manusia. Dan dalam konteks itu, Jambi masih harus bekerja lebih keras untuk benar-benar mantap di antara provinsi-provinsi lain di Indonesia. ***

BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com

Berita Terkait

Berita Lainnya