dr Ayu menambahkan, pelatihan khusus tentang luka bakar atau burns course di Indonesia masih terbilang langka. RSPP mencoba mengembangkan program pelatihan yang tidak hanya mengacu pada teori kedokteran modern, tapi juga mempertimbangkan kondisi nyata di lapangan, sehingga para tenaga medis dapat menjembatani teori dan praktik.
"Seringkali kita paham teorinya, tapi saat berada di lapangan kondisinya tidak selalu ideal. Karena itu, kami ingin memberikan pemahaman yang bisa diterapkan di kondisi nyata, tanpa harus mengabaikan prinsip-prinsip medis yang benar," ungkapnya.
Baca Juga: SKK Migas – PetroChina Raih CSR Award 2016
Data menunjukkan, luka bakar pada orang dewasa umumnya disebabkan oleh api, sedangkan pada anak-anak lebih sering karena tumpahan cairan panas.
Dalam konteks lingkungan kerja industri, risiko luka bakar akibat percikan api, ledakan, atau bahan kimia menjadi ancaman serius yang perlu diantisipasi.
Baca Juga: Wagub Harap Kerjasama dengan SKK Migas Semakin Baik
dr Ayu juga menekankan pentingnya pelatihan ini sebagai bentuk preparedness atau kesiapan personel dalam menghadapi situasi darurat. Penanganan luka bakar yang salah, apalagi di tahap awal, bisa berakibat fatal dan memperburuk kondisi pasien.
“Penanganan luka awal ini sangat penting, karena jika salah penangan bisa menjadi fatal untuk pasien," tukasnya.
Baca Juga: 500 Anak SD se-Tanjabtim Dapat Lagi Bantuan PetroChina
Pelatihan diikuti oleh 25 peserta dari berbagai departemen yang ada di lingkungan kerja PetroChina, seperti dari tenaga medis Jabung Field, Medical Jakarta, Puskesmas Sukarejo Tanjung Jabung Barat, hingga perwakilan dari QHSE Departement, production, NGF Operation, BGP Operation, Fabshop, Field Asset, dan Civil.
Keberagaman latar belakang peserta ini menunjukkan pentingnya pelatihan penanganan luka bakar sebagai bagian dari sistem keselamatan terpadu di lingkungan kerja migas. ***
-1.jpg)
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com