Dengan dukungan pemerintah, ritual yang dulu hanya sebatas adat lokal, kini perlahan dilirik sebagai daya tarik budaya dan wisata. Ini memberi kesempatan yang lebih luas, tidak hanya untuk melindungi warisan dari nenek moyang, tetapi juga memperkuat kondisi ekonomi masyarakat.
Di tengah arus modernisasi yang sering kali membuat tradisi budaya perlahan pudar, Mandi Shafar di Tanjung Jabung Timur masih berdiri kokoh.
Baca Juga: Menulis Daun dan Mandi Shafar Tradisi Warga Desa Air Hitam Laut
Prosesi daun doa dan pelepasan rakit menara ke laut bukan hanya simbol penolak bala, tapi juga tanda masyarakat pesisir masih erat berpegang pada warisan leluhur.
Kehadiran Bupati Dillah Hikmah Sari dan Wakil Bupati Muslimin Tanja dalam acara tahun ini memberikan kesan yang berbeda. Adanya pemimpin bersama masyarakat dalam sebuah ritual budaya menunjukkan bahwa pemerintah dan masyarakat bisa berjalan bersama sambil menjaga identitas daerah.
Baca Juga: Wagub: Mandi Shafar Tradisi Lokal yang Harus Dilestarikan
Mandi Shafar dengan segala keunikan dan dampaknya, bukan hanya cerita tentang laut dan doa. Tapi cermin kebersamaan, ruang silaturahmi, sekaligus penggerak ekonomi. Sebuah warisan yang tak hanya dijaga, tapi juga terus dirayakan sebagai kebanggaan Tanjung Jabung Timur. ***
Baca Juga: Bupati Romi Serahkan Bantuan Pupuk Organik Kepada Petani Kopi Liberika
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com